Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari
pengamatan indera (pengamatan empirik) yang
menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang
sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah
proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah
proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut
menalar.
Ada dua jenis metode dalam menalar. Yaitu dengan
Metode Induktif dan Metode Deduktif. Berikut ini adalah penjelasannya.
1. Metode
Penalaran Induktif
Metode penalaran induktif adalah metode yang digunakan
dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum. Hukum yang
disimpulkan di fenomena yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang
belum diteliti. Pengertian fenomena-fenomena individual sebagai landasan
penalaran induktif harus diartikan pertama-tama sebagai data-data maupun
sebagai pernyataan-pernyataan, yang tentunya bersifat faktual pula.
Metode Penalaran Induktif memiliki 3 bentuk, yaitu :
- Generalisasi
Generalisasi adalah proses penalaran yang bertolak
dari fenomena individual menuju kesimpulan umum.
Contoh : Jika berhasil juara, Walcott akan senang.
Jika berhasil juara, Giroud akan senang.
Jika berhasil juara, Cazorla akan senang.
* Jika berhasil juara, para pemain
Arsenal akan senang.
Generalisasi sendiri terdiri dari 2 macam. Yaitu
Generalisasi Sempurna dan Generalisasi Tidak Sempurna.
^ Generalisasi Sempurna adalah Generalisasi dimana
seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki. Contoh : Sensus
Penduduk
^ Generalisasi Tidak Sempurna adalah
Generalisasi dimana kesimpulan diambil dari sebagian fenomenayang diselidiki
diterapkan juga untuk semua fenomena yang belum diselidiki. Contoh :
- Analogi
Cara penarikan penalaran dengan membandingkan dua hal
yang mempunyai sifat yang sama. Analogi mempunyai 4 fungsi,antara lain :
a.
Membandingkan beberapa orang yang memiliki sifat kesamaan
b. Meramalkan
kesamaan
c.
Menyingkapkan kekeliruan
d. Klasifikasi
Contoh : Demikian pula dengan manusia yang tidak
berilmu dan tidak berperasaan, ia akan sombong dan garang. Oleh karena itu,
kita sebagai manusia apabila diberi kepandaian dan kelebihan, bersikaplah
seperti padi yang selalu merunduk.
- Hubungan
Kausal
Penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang
saling berhubungan.
Macam – macam Hubungan Kausal :
a. Sebab –
Akibat
Pepe Reina mencetak gol ke gawang sendiri sehingga
mengakibatkan Liverpool kalah.
b. Akibat – Sebab
Dono tidak dapat mengikuti ujian karena tidak memakai
seragam sekolah.
c. Akibat –
Akibat
Ayah melihat Bruno tergeletak di depan rumah, sehingga
ayah beranggapan bahwa Bruno sedang tidur.
2. Metode
Penalaran Deduktif
Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang
menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam
bagian-bagiannya yang khusus. Konteks penalaran deduktif tersebut, konsep
dan teori merupakan kata kunci untuk memahami suatu gejala. Penarikkan
kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir yang dinamakan
silogisme. Silogisme disusun dari dua buah pernyataan, yaitu premis mayor dan
premis minor dan sebuah kesimpulan.
Berikut ini bentuk – bentuk Silogisme :
- Silogisme Kategorial
Silogisme yang semua posisinya merupakan proposisi
kategorik, demi lahirnya konklusi maka pangkal umum tempat kita berpijak harus
merupakan proposisi universal, sedangkan pangkalan khusus tidak berarti bahwa
proposisinya harus partikuler atau singuler, tetapi bisa juga proposisi
universal tetapi ia diletakkan di bawah aturan pangkalan
umumnya. Pangkalan khusus bisa menyatakan permasalahan yang berbeda dari
pangkalan umumnya , tapi bisa juga merupakan kenyataan yang lebih khusus dari
permasalahan umumnya dengan demikian satu pangalan umum dan satu pangkalan
khusus dapat di hubungkan dengan berbagai cara tetapi hubungan itu harus di
perhatikan kwalitas dan kantitasnya agar kita dapat mengambil konklusi atau
natijah yang valid.
Contoh Silogisme Kategorial :
(P. Mayor) Finalis Indonesian
Idol memiliki suara yang bagus.
(P. Minor) Sean adalah
salah satu finalis Indonesian Idol.
(Kesimpulan) Sean memiliki suara yang bagus.
- Silogisme Hipotesis
Argument yang premis mayornya berupa proposisi
hipotesis sedangkan premis minornya adalah proposisi kategorik yang menetapkan
atau mengingkari term antecendent atau term konsekwen premis mayornya . Sebenarnya
silogisme hipotesis tidak memiliki premis mayor maupun premis minor karena kita
ketahui premis mayor itu mengandung term predikat pada konklusi, sedangkan
premis minor itu mengandung term subyek pada konklusi.
a) Silogisme hipotesis yang premis minornya
mengakui bagian antecedent, seperti:
Jika hujan , saya naik becak
Sekarang Hujan .
Jadi saya naik becak.
b) Silogisme hipotesis yang premis
minornya mengakui bagian konsekwensinya, seperti :
Bila hujan, bumi akan basah
Sekarang bumi telah basah .
Jadi hujan telah turun
c) Silogisme hipotesis yang premis
Minornya mengingkari antecendent, seperti :
Jika politik pemerintah dilaksanakan
dengan paksa , maka kegelisahan akan timbul .
Politik pemerintah tidak
dilaksanakan dengan paksa ,
Jadi kegelisahan tidak akan timbul
d) Silogisme hipotesis yang premis
minornya mengingkari bagian konsekwensinya , seperti:
Bila mahasiswa turun kejalanan ,
pihak penguasa akan gelisah
Pihak penguasa tidak gelisah
Jadi mahasiswa tidak turun ke
jalanan
Penalaran
secara literal Bahasa Inggris adalah reasoning. Berasal dari kata reason, yang
secara literal berarti alasan. Berarti reasoning atau to reason adalah
memberikan/memikirkan alasan. Penggunaan Bahasa Indonesia dalam proses
penalaran dimaksudkan dalam Penulisan Ilmiah yang akan disajikan pada
penjelasan dibawah ini. dalam pembahasan kali ini akan di bahas proses
penalaran digunakan untuk menyusun Penulisan Ilmiah. Penalaran merupakan
bentuk tertinggi dari ke tiga bentuk pemikiran tersebut , sehingga penalaran
akan lebih rumit jika dibandingkan dengan pengertian dan pernyataan
(proporsisi). Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari
pengamatan indera (observasi empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan
pengertian. Secara sederhana, penalaran didefenisikan sebagai proses
pengambilan kesimpulan berdasarkan proporsisi – proporsisi yang mendahuluinya.
Penalaran dari aspek teoritis dapat didefinisikan sebagai proses berpikir logis
dan sistematis untuk membentuk dan mengevaluasi suatu keyakinan terhadap
pernyataan atau asersi. Tujuan dari penalaran adalah untuk menentukan secara
logis dan objektif, apakah suatu pernyataan valid (benar atau salah) sehingga
pantas untuk diyakini atau dianut.
Disini akan
saya kaitkan secara langsung dengan contoh. Pemimpin teroris mengatakan bahwa
orang-orang diluar dari orang golongannya adalah kafir dan halal untuk dibunuh.
Kalau kita tanya ke pemimpin teroris, kenapa Pak pimpinan teroris? Jawabannya,
karena tertulis bahwa yang diluar jalan kita, adalah kafir. Atau mungkin
jawaban lainnya, saya ini pimpinan yang dipilih oleh kekuasaan yang lebih
tinggi. Kalian bisa percaya kekuasaan tertinggi, maka kalian harusnya bisa
percaya kata-kata saya.
Contoh
diatas menjelaskan bahwa pemimpin teroris membuat pernyataan. Pernyataan ini
digunakan untuk membentuk keyakinan. Pernyataan dari pemipin teroris beserta
alasannya perlu kita kaji dengan menggunakan penalaran. Penalaran akan
menentukan apakah pernyataan dari pimpinan teroris ini layak untuk kita yakini
atau tidak.
Berikut ini
adalah contoh kalimat penalaran : “Pemimpin teroris mengatakan
bahwa orang-orang diluar dari orang golongannya adalah kafir dan halal untuk
dibunuh. Kalau kita tanya ke pemimpin teroris, kenapa Pak pimpinan teroris?
Jawabannya, karena tertulis bahwa yang diluar jalan kita, adalah kafir. Atau
mungkin jawaban lainnya, saya ini pimpinan yang dipilih oleh kekuasaan yang
lebih tinggi. Kalian bisa percaya kekuasaan tertinggi, maka kalian harusnya
bisa percaya kata-kata saya.”
Contoh
diatas menjelaskan bahwa pemimpin teroris membuat pernyataan. Pernyataan ini
digunakan untuk membentuk keyakinan. Pernyataan dari pemipin teroris beserta
alasannya perlu kita kaji dengan menggunakan penalaran. Penalaran akan
menentukan apakah pernyataan dari pimpinan teroris ini layak untuk kita yakini
atau tidak.
Bila dilihat dari definisi teori, maka ada 3 komponen pembentuk penalaran yaitu,
Bila dilihat dari definisi teori, maka ada 3 komponen pembentuk penalaran yaitu,
1. Pernyataan (asersi), Pernyataan
merupakan masukan (input) dari penalaran
2. Keyakinan, Keyakinan adalah
kebersediaan untuk menerima bahwa suatu asersi adalah benar tanpa memperhatikan
apakah argumen valid atau tidak atau apakah asersi tersebut benar atau tidak.
Properitas
keyakinan terdiri dari:
•
Kebenaran:
suatu keyakinan ‘proper’ bila ada kebenarannya
•
Bukan
pendapat: suatu keyakinan harus bukan merupakan pendapat seorang (paling tidak
pendapat seorang yang sudah disetujui bersama-sama)
•
Bertingkat:
ada tingkatan keyakinan (tidak yakin-yakin sekali)
•
Berbias:
keyakinan bisa berbeda-beda tiap orang, dipengaruhi berbagai hal (contoh,
keyakinan bahwa ajaran suatu agama paling benar)
•
Bermuatan
nilai: keyakinan dilekati nilai-nilai (etika, moral, agama)
•
Berkekuatan:
kekuatan keyakinan orang.
•
Veridikal:
kesesuaian keyakinan dengan kenyataan.
•
Berketertempaan:
keyakinan harus tidak mudah untuk diubah.
3. Argumen , argumen merupakan proses
dari penalaran, yaitu proses saling menginferensikan pernyataan-pernyataan yang
ada. Kemudian, keyakinan bahwa pernyataan konklusi valid adalah keluaran
(output) dari penalaran. Argumen merupakan serangkaian asersi beserta inferensi
atau penyimpulan yang terlibat didalamnya, merupakan poin penting dalam
penalaran. Argumen ini merupakan bukti rasional akan kebenaran suatu
pernyataan. Berarti, argumen berfungsi untuk memelihara, membentuk, atau
mengubah keyakinan.
Argumen induktif adalah argumen yang simpulannya
merupakan perampatan atau generalisasi dari keadaan atau pengamatan khusus
sebagai premis. Generalisasi menjadikan argumen induktif merupakan argumen ada
benarnya (plausible argument) bukan argumen pasti benarnya
atau logis (logical argument).
Contoh argumen induktif: Kebanyakan orang Jawa Timur
berani bicara. Wardoyo orang Jawa Timur. Kesimpulannya, Wardoyo berani
berbicara. Argumen ini boleh jadi benar atau belum tentu benar (untuk
meyakinkan, perlu dilekati confidence level, misalnya 95%).
Argumen Analogi: Argumen yang menurunkan konklusi
atas dasar kemiripan karakteristik, pola, fungsi, atau hubungan unsur suatu
objek yang disebutkan dalam asersi. Kemiripan ini merupakan hubungan konseptual
bukan hubungan fisis atau keidentikan. Analogi ini memiliki kelemahan, karena
bagaimanapun juga apa yang dianalogikan memiliki banyak kelemahan. Perbedaan
yang melemahkan konklusi sering disembunyikan, padahal perbedaan sering lebih
dominan daripada kemiripan.
Argumen Sebab Akibat: Argumen untuk mendukung bahwa
perubahan faktor tertentu disebabkan oleh faktor yang lain. Kriteria
penyebaban: Faktor sebab bervariasi dengan faktor akibat (efek), faktor sebab
terjadi sebelum atau mendahului faktor akibat, tidak ada faktor lain selain
faktor sebab yang diidenfikasi.
Penalaran ini juga sering terjadi dalam kehidupan
manusia dengan sebutan Salah Nalar, adalah kesalahan struktur atau proses
formal penalaran dalam menurunkan kesimpulan sehingga kesimpulan tersebut
menjadi tidak valid. Jadi berdasarkan pengertian tersebut, salah nalar bisa
terjadi apabila pengambilan kesimpulan tidak didasarkan pada kaidah-kaidah
penalaran yang valid. Terdapat beberapa bentuk salah nalar yang sering kita
jumpai, yaitu: menegaskan konsekuen, menyangkal antiseden, pentaksaan,
perampatan-lebih, parsialitas, pembuktian analogis, perancuan urutan kejadian
dengan penyebaban, serta pengambilan konklusi pasangan.
Penalaran ada juga yang dikenal dengan Penalaran
Verbal. Dalam tes penalaran verbal, biasanya Anda diberi suatu teks
informasi dan diminta untuk menilai satu set pernyataan dengan memilih salah
satu dari kemungkinan jawaban berikut:
A – Benar (Pernyataan secara logis berdasar informasi
atau opini yang terdapat dalam teks)
B – Salah (Pernyataan secara logis salah berdasar informasi atau opini yang terdapat dalam teks)
C – Tidak dapat diketahui (Tidak dapat menentukan apakah pernyataan tersebut benar atau salah tanpa informasi lebih lanjut)
B – Salah (Pernyataan secara logis salah berdasar informasi atau opini yang terdapat dalam teks)
C – Tidak dapat diketahui (Tidak dapat menentukan apakah pernyataan tersebut benar atau salah tanpa informasi lebih lanjut)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar